Ragam

Masyarakat Komplain Penerapan Tiket Feri Daring Menghambat Aktivitas


sinarmaluku.com – Sistem pembayaran feri dengan cara daring oleh PT ASDP Cabang Ambon perlu dikaji ulang. Bagaimana tidak, sejak pemberlakuan sistem Daring, banyak masyarakat yang terhambat melakukan aktivitas.


Selain menghambat, tarif harga yang ditetapkan dari sebelumnya juga sangat mengecewakan masyarakat. Dimana, tarif awal untuk pejalan kaki Rp.20.100 sekarang menjadi 25 ribu sedangkan untuk pengendara motor dari 40 ribu menjadi 50 ribu.

Andre, salah satu pengguna jasa mengaku resah dengan pemberlakuan sistem baru ini, menurutnya, perubahan yang dilakukan mesti ada efek meringankan bukan memberatkan dari sisi tarif, serta harus lebih cepat dan efesien bukan malah menghambat.

” Saya tidak mengerti apakah tujuan tiket daring ini untuk mempermudah atau malah sebaliknya? Karena kalau mempermudah harga tiket tidak akan naik, ini sangat memberatkan,” katanya Kecewa

Menurut Andre, perubahan sistem baru mestinya disosialisasi terlebih dulu agar diketahui sehingga masyarakat tidak merasa kaget dan kaku, yang pada akhirnya akan terjadi kesalahpahaman antara pengguna jasa dan petugas di lapangan.

Selain Andre, salah satu pengguna jasa Ibu Ira menyampaikan kekecewaannya, lantaran dirinyabyelah memesan tiket melalui online, namun saat dilapangan, ada mobil yang sudah ada dijalur depan, padahal dirinya sudah memesan lebih awal melalui online.

“Sistem kerjanya gimana sih? Kita pesan tiket tapi saat di lapangan kok ada kendaraan yang sudah lebih dulu? Kenapa begitu? Padahal kita tau dengan sistem ini pasti cepat, tapi ternyata malah menghambat dan bisa saja terjadi hal hal yang tidak diinginkan, ” ketua dia

Sementara itu, Kadis Perhubungan, Muhammad Malawat dikonfirmasi terkait masalah ini mengatakan,sistem ini untuk mempermudah masyarakat pengguna kapal penyeberangan dalam merencanakan perjalanan.

Masyarakat dapat memesan tiket sebelum tiba di pelabuhan sehingga tidak perlu lama antri.”Progres cukup baik karena di Galala dan Namlea sudah 100%, Waipirit 82%, Hunimua 35% .

” Saya harap masyarakat bisa menyesuaikan dengan penerapan sistem ini dan lama.kelamaan pasti akan terbiasa,” harap Malawat

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

To Top