sinarmaluku.com– Kota Ambon tengah menghadapi tantangan serius dalam bidang kesehatan. Data terbaru menunjukkan angka mengkhawatirkan kasus HIV/AIDS, kusta, dan rabies, yang mendorong Pemerintah Kota Ambon dan Gereja Protestan Maluku (GPM) Klasis Pulau Ambon Timur (PAT) untuk bersinergi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.

Persidangan Ke-13 Klasis PAT yang berlangsung di Jemaat GPM Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan, Minggu (2 Maret 2025), menjadi momentum penting bagi kedua pihak untuk membahas dan merumuskan strategi bersama. Penjabat Sekretaris Kota Ambon, Roby Sapulette, dalam sambutannya menyampaikan keprihatinan mendalam atas tingginya angka kasus penyakit menular tersebut.
Data yang disajikan menunjukkan terdapat 430 kasus HIV/AIDS pada tahun 2024. Angka ini menjadi perhatian serius mengingat dampaknya yang luas dan jangka panjang bagi kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS membutuhkan pendekatan komprehensif, termasuk edukasi, skrining dini, dan akses pengobatan yang mudah dijangkau.
Kasus kusta juga menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2023 tercatat 100 kasus, dan hingga saat ini telah muncul 91 kasus baru. Penyakit ini, meskipun dapat disembuhkan, membutuhkan pengobatan jangka panjang dan pengawasan ketat untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Program deteksi dini dan pengobatan yang tepat waktu sangat krusial untuk menekan angka kasus kusta.
Yang paling mengkhawatirkan adalah angka kasus rabies. Tercatat 1039 kasus gigitan hewan penular rabies, dengan 3 kasus berujung pada kematian. Angka ini menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi hewan peliharaan dan pencegahan gigitan hewan. Upaya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat menjadi kunci dalam menekan angka kasus rabies.
“Angka-angka ini bukan sekadar data statistik, tetapi mencerminkan kondisi kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius,” ujar Sapulette. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan gereja dalam mengatasi permasalahan ini. Gereja, dengan jaringan dan pengaruhnya di masyarakat, memiliki peran vital dalam mengedukasi dan memotivasi masyarakat untuk berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Pemerintah Kota Ambon, melalui berbagai program dan kebijakan, telah berupaya untuk meningkatkan akses layanan kesehatan, termasuk pengobatan HIV/AIDS, kusta, dan rabies. Namun, upaya tersebut akan lebih efektif jika dipadukan dengan peran aktif gereja dalam menjangkau masyarakat di tingkat akar rumput.
Persidangan Klasis PAT diharapkan dapat menghasilkan program kerja yang terintegrasi antara pemerintah dan gereja. Kerja sama ini akan difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat, deteksi dini, pengobatan, dan pencegahan penyakit. Kolaborasi ini juga akan mencakup upaya mengatasi permasalahan sosial lain yang terkait, seperti pengelolaan sampah dan pengembangan UMKM.
“Kita harus bergerak bersama, bahu membahu, untuk menciptakan Ambon yang sehat dan sejahtera,” tegas Sapulette. Ia berharap, melalui kerja sama yang erat antara pemerintah dan gereja, permasalahan kesehatan yang dihadapi Kota Ambon dapat diatasi secara efektif dan berkelanjutan. Visi Ambon yang manis, sejahtera, maju, tangguh, dan berkelanjutan hanya dapat terwujud jika kesehatan masyarakat terjaga dengan baik.
